Kemaslahatan utama penilaian kinerja guru harus berdampak terhadap meningkatnya mutu lulusan satuan pendidikan. Peningkatan mutu lulusan dapat diwujudkan dengan meningkatkan pememuhan standar isi, proses, penilaian atau pembelajaran. Oleh karena itu, indikator dan target mutu lulusan ideal yang sekolah wujudkan menjadi instrumen pengukuran efektivitas kinerja.
Pelaksanakan PKG secara ideal memiliki dua fungsi utama. Pertama, menilai kemampuan guru dan menghitung angka kredit yang diperoleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan. Keberhasilan melaksanakan fungsi ini adalah meningkatnya mutu hasil belajar siswa.
Hasil penilaian menjadi bahan untuk merencanakan Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan (PKB) agar mutu lulusan sesuai dengan mutu sumber daya manusia yang bahasa Indonesia harapkan sehingga adaptif terhadap perkembangan global.
Fungsi yang kedua adalah untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
Yang menjadi kekhawatiran sejak PKG dirancang yaitu tidak tercapainya fungsi PKG yang barmakna terhadap peningkatan mutu hasil belajar siswa. Seperti agenda-agenda besar penilaian angka kredit sebelumnya, pencapaian nilai kredit yang tinggi tidak selalu memiliki dampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pelaksanaan peningkatan kinerja guru, di bawah ini GP lampirkan PKG dan PKB.
- Buku 1 PKB Guru
- Buku 2 Pedoman Penilaian Kinerja Guru
- Buku 3 Pedoman Sosialisasi Permenpan 16
- Buku 4 Pedoman PKB dan Angka Kreditnya
- Buku 5 Pedoman Penilaian Kegiatan PKB.
Untuk memehami lebih lanjut tentang bagaimana pelaksanaan PKG dan PKB, di bawah ini dilampirkan materi dalam bentuk power point seperti di bawah ini.
Sukses pelaksanaan PKG perlu ditunjang dengan kesiapan pengetahuan dan keterampilan menilai kinerja. Guru-guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai tujuan penilaian, apa yang dinilai, bagaimana proses pengukuran, siapa yang menilai, seperti apa hasil yang mungkin diperoleh, dan bagaimana implikasi jika berhasil memperoleh nilai yang memenuhi standar atau jika tidak memenuhi standar.
Pengetahuan dan keterampilan yang memenuhi kebutuhan untuk menilai juga perlu dimiliki oleh penilain. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup memungkinkan setiap penilai untuk meningkatkan keyakinan dan kepastian dalam menentukan penilaian.
Materi untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih menilai tersusun dalam paparan lembar kerja berikut:
- Kegiatan 1_Game Kompetensi dan mekanisme PK Guru
- Kegiatan 2_Game PKG
- Kegiatan 3_Game Komponen dan Mekanisme PKB
- Kegiatan 4_Tugas Mandiri Pemahaman Konsep PKB
- Kegiatan 6_Pengamatan dan Pendeskripsian Aktivitas Guru dan Siswa revisi
- Kegiatan 7_Penggunaan Indikator Kinerja Guru (21)
- Kegiatan 8_ Penggunaan Indikator Kinerja Guru dan Kompetensinya
- Kegiatan 9_Analisis PK Guru-Evaluasi
- Kegiatan 11_Identifikasi Kompetensi
Bahan latihan peserta agar menggunakan instrumen penilaian, GP lampirkan insturmen di bawah ini.
Pelaksanaan pelatihan memerlukan isntrumen untuk mengevaluasi ketercapaian kompetensi peserta dalam melaksanakan PKG. Berikut ini dilampirkan perangkatnya.
Pelaksanaan
Sistem penilaian yang efektif memerlukan kehandalan, yaitu kehandalan instrumen yang valid, penilai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memenuhi standar, dan cara melakukan penilaian yang tepat artinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Yang bertindak sebagai penilai kinerja guru pada tiap satuan pendidikan adalah kepala sekolah dan guru yang telah terlatih melaksanakan penilaian. Menyambut penerapan sistem PKG yang baru ini keraguan tentang satuan pendidikan akan dapat menggunakan instrumen secara objektif sehingga akan menghasilkan data yang terpercaya masih besar. Permasalahannya adalah apakah guru dan kepala sekolah akan dapat berlaku objektif sehingga PKG benar-benar berdampak terhadap peningkatan kinerja pendidikan.
Jika kita belajar dari sistem penilaian kinerja melalui penilaian DP3, angka kredit guru, dan akreditasi sekolah, maka kita mendapat pelajaran bahwa penilaian yang objektif berbasis data yang valid pada tiap satuan pendidikan itu bukan hal yang mudah. Kendala utamanya adalah budaya penilaian yang selama ini tumbuh ialah memenuhi syarat formalitas administratif.
Pengalaman menunjukkan seperti dalam penilaian angka kredit guru sebelumnya, semakin sibuk guru meningkatkan peroleh nilai angka kredit tidak serta merta meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Bahkan, ketika seminar dan pelatihan menjadi salah satu komponen penting dalam mendukung peroleh angka kredit secara faktual memberikan dampak yang kontra produktif terhadap peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Tantangan terbesar dalam menerapkan sistem PKG adalah menjaga objektivitas penilaian dan memastikan bahwa penilaian kinerja berdampak terhadap peningkatan mutu belajar siswa. Kita perlu lebih berhati-hati untuk menjaga objektivitas ini yang mengandalkan kejujuran para penilai yang secara jelas adalah teman-teman guru. Dan, menjaga agar guru agar tidak disibukkan dengan pemenuhan syarat formal memenuhi prosedur dan bukti fisik mengajar sehingga lupa bahwa itu semua dinyatakan baik jika berdampak positif terhadap meningkatnya mutu lulusan.